Total Tayangan Halaman

Laman

Jumat, 26 November 2010

lebaran di sekunir


Jam 03.30 dengan sepeda motor kami langsung meluncur dari setieng (cimot, mulyadi,uuz,oke,pedro,jay,hafis, afid) Tujuan pertama melihat sunrise dari puncak Gunung Sikunir (2.500 m). Jauh juga tempatnya, ada kali 3 km dan sepanjang ntu kita MENEROBOS GELAP dengan Jalannya kecil dan kelak-kelok lagi, belum dinginnya minta ampyun coy. Pas turun gw liat termometer ternyata suhunya 10 derajat (pukul 03.50) dan tanpa babibu rombongan langsung ngacir ke atas. Di tengah perjalanan mendaki, tepat 2 meter di depan gw, dengan mata kepala gw sendiri gw liat tuh bule rusia yang badannya guede banget tiba-tiba oleng dan terjatuh ke jurang. Untung aja, dia masih bisa berpegangan rumput so ga langsung menggelinding ke jurang yang dalemnya ada kali 100 meter. Gw cuman bisa teriak agar guidenya kembali dan akhirnya gw sama guide bisa membantunya naik lagin n juga terhibur oleh anak2 kecil belanda yg cakep cakep he he he makin smangat mengikutinya...

Sampai puncak Gunung Sikunir jam 04.10 dan matahari lagi malu-malunya menampakkan diri. Woow.... indah banget. Gunung Sindoro terlihat jelas di depan mata. Jauh di sampingnya kelihatan Gunung Merbabu, Merapi dan Sumbing. Makin indah dengan adanya awan tipis di bawah lidah sunrise. Benar-benar eksotik ,dan kata si guide jarang wisatawan yang melihat view sunrise dari sini.

Setalah jeprat-jepret dan bernarsis ria, kami turun. Setelah mengitari sebuah punggungan di balik gunung, woow... ada pemandangan yang indah juga, danau cebong. Danau ini terletak tidak jau dari tempat parkir yang mau mendaki Gunung Sikunir. Sebenarnya danua ini ga bagus-bagus amat sey, cuman karena ngeliatnya lagi pagi-pagi bener dan masih ada sisa kabut tipis di permukaan danau, jadinya danau ini kelihatan eksotik. Ini mengingatkan gw akan indahnya ranu regulo sewaktu disinari mentari pada pagi hari....

suka suka di dieng


Biarlah dingin malam di garung ini gemeretakan tulangku ini..tp esok pagi .akan ku urai kabut lembutnya dgn cerah cahaya mentari..menuliskan nama2 kalian dlm stiap warna yg terpendar..
aku ingin merangkainya..lalu kan ku tunjukan pada dunia..sungguh aku bahagia punya sahabat seperti kalian..

suka suka ke dieng








Legenda Candi Dieng
Alkisah, sebuah pengembaraan Candra Gupta Sandipala beserta Brahmana dan pengikut-pengikutnya di Wilayah Banjarnegara. Sampailah mereka di sebuah lereng yang bernama Dieng. Mereka disambut baik oleh Akuwu/Tetua dan masyarakat setempat.

Hubungan baikpun terjalin semakin erat karena persamaan visi dan misi dalam penyebaran agama Hindu. Eratnya hubungan ini ditandai oleh pernikahan Candra Gupta Sandipala dengan Maha Tantri Nurisia, putri dari Akuwu/Tetua Lereng Dieng

Kerjasana dan kebersamaan menguatkan perkembangan sosial ekonomi, politik, dan budaya pada waktu itu, hingga tercetuslah satu ide untuk mewujudkan satu tempat sebagai sarana peribadatan agama Hindu yaitu Candi.

Setelah merencanakan tanpa melupakan tiga unsur penting seperti air, api, dan udara, mereka lalu mulai menebang hutan/babat alas.

Berbagai rintangan dihadapi. Gangguan makhluk jin maupun gangguan fisik yang lain silih berganti. Hingga pada akhirnya berdirilah Candi Dieng nan megah, perkasa, elok nan indah bak nirwana.