Selasa, 06 September 2011
Mengejar sunrise di sikunir (31 agustus-1 sept 2011)
Gunung Sikunir merupakan salah satu jajaran gunung di dataran tinggi dieng. Dataran Tinggi Dieng yang ada di Jawa Tengah merupakan kawah besar dari Gunung Perahu. Buat para pendaki lokal, Gunung Sikunir tidaklah begitu dikenal. Tapi gunung ini sudah dangat terkenal dikalangan turis mancanegara. Buat para turis mancanegara yang berkunjung ke Pulau Jawa, biasanya tujuan utamanya adalah ke Yogya-Prambanan-Borobudur-Dieng-Bromo. Nah di Dieng Plateau, selain menyaksikan jajaran Candi Hindu, telaga warna, dan kawah sikidang, menikmati sunrise dari Gunung Sikunir merupakan agenda wajib..
sesuai tradisi kami selama 3 tahun ini tiap lebaran kami pasti selalu menyempatkan diri untuk berkunjung kesana kali ini kami terdiri dari 8 orang (rio,cimot,henky,jay,mamat,uus, umbul dan ucup)Kami memulai perjalanan ini dimulai dari rio menjemput satu persatu abg tua di mulai dari kretek, wonosobo, kalianget dan sampe di garung tempat saya pukul 23.30 lalu kami melanjutkan ke setieng yang relatif dekat dengan TKP di rumah uus calon pengantin tgl 25 sept ini, lalu kami memutuskan untuk beristirahat dan menyesuaikan dengan dinginya udara setieng dulu untuk menunggu jam 3 pagi kita meluncur ke dieng.
Keluar dari setieng.. yang pertama menyapa saya adalah dinginnya udara dataran tinggi dieng. membuat saya harus menarik rapat baju hangat yang membungkus tubuh saya. Tidak membantu ternyata. Setiap nafas yang saya tarik tidak mampu dinetralisir suhunya oleh hidung saya, membuat paru-paru saya pun merasakan dinginnya udara Dieng plateau,Selama perjalanan, angin dingin dataran dieng terus menerus merasuki tubuh saya dan seisi mobil, tindakan apapun yang kami lakukan tidak membantu rasanya. Sayang, mobil yang kami tumpangi buatan Jepang bukan Eropa punya sehingga barang yang namanya pemanas bukan merupakan fasilitas yang selayaknya ada di mobil kami. Sepanjang perjalanan yang kami lihat hanya kegelapan dan beberapa orang hilir mudik mengenakan sarung di sekujur tubuhnya untuk menghalau udara dingin yang menyengat. Di dataran tertinggi ke-2 di dunia setelah Nepal ini dulunya merupakan pusat peradaban Hindu di tengah Jawa namun karena satu dan lain hal saat ini mereka terpinggirkan ke daerah timur tepatnya di Bromo. Tanaman kentang merupakan komoditi utama di daerah ini, pemasaran sampai ke luar pulau Jawa. Sayang, Singapura dan Malaysia menghentikan konsumsi kentang dieng ini dikarenakan terlalu banyak penggunaan bahan kimia seperti pestisida dalam proses penanaman kentang.
sesampainya di dieng kami mencari logistik karena kebetulan rokok habis semua dan kami mengetuk warung di pinggir jalan ternyata pemiliknya berbaik hati mau bangun untuk melayani kami namun sayang ada logistik yg tak tersedia di sana untuk menghangatkan badan shg sebagai gantinya kami pun menumpang menghangatkan badan di perapiann selama 15 menit sebelum melanjutkan ke sembungan untuk memulai pendakian ke sekunir.
Pendakian dimulai dengan sedikit menanjak dengan jalan yang kami pijak merupakan tanah vulkanik yang basah oleh embun pagi, tidak lebar jalan yang kami lalui, hanya sekitar 30 cm dengan kanan kiri berupa tumbuhan ilalang. Jalan terus menanjak dan berliku,Saat itu masih sangat gelap, sulit melihat dalam jarak 3 meter sekalipun. Kami harus berhati-hati menapakkan kaki mengingat sumber penerangan hanya dari hp yang dibawa oleh kami.
Empat puluh menit waktu yang kami habiskan untuk sampai di puncak gunung Sikunir. Semua orang mulai sibuk dengan urusannya masing-masing,ada yg terduduk karena gejala hipotermia, lainya sibuk dengan urusan minum meminum dan merokok, ternyata kita merupakan orang pertama di hari itu karena masih terlalu gelap..Selesai dengan urusan ngos-ngosan.. mata mulai saya tujukan kepada bentangan kanvas lukisan Tuhan di depan mata saya. Gunung Merbabu, Merapi, Sumbing, Sindoro berdiri angkuh di hadapan saya. Menyembunyikan dirinya dibalik kabut dataran tinggi dieng dan menyemburatkan warna-warna alam di balik keangkuhannya. Langit yang masih malu-malu menampakkan warnanya menambah kecantikan alam negeri ini di ketinggian ribuan meter. Saya mulai dengan sibuknya menangkap wajah-wajah alam yang saya lihat dengan indera ini untuk diabadikan dalam bentuk digital. Kamera kami seakan malu dengan apa yang ditangkapnya.. tidak akan pernah mampu dia menggambarkan betapa indahnya lukisan Sang Hyang. Saya sendiri tidak henti-hentinya mengucapkan rasa syukur terdalam saya kepada sang pemilik alam atas segala kesempatan dan segala hal yang saya punya sehingga saya dapat melihat keindahan ini...dan ketika sunrise mulai tampak mulai banyak pula orang sampai di puncak...dan mata kami takjub dengan yg kami lihat selain sunrise yg indah rombongan turis jepang cantik2 juga semakin melengkapi indahnya sikunir kali ini dan salah satu dari kami mengingatkan untuk pendakian selanjutnya jangan lupa membawa HANDBODY..heheheheheh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ra ajak ajak
BalasHapus